Tumbuh suburnya trend baru seperti suka menghujat dan memfitnah seolah tanpa ada beban moral.
“Bahkan dijadikan sarana untuk membangun dan menggiring opini yang dapat menimbulkan suasana kurang kondusif dan memecah belah kerukunan umat serta dikhawatirkan dapat mengguncang disintegrasi bangsa,” kata Ir. Bambang Sulistya, M.MA, saat memberikan kuliah tujuh menit (kultum) usai salat Subuh di masjid Nurul Falah Perumnas RW V Kelurahan Karangjati Kecamatan/Kabupaten Blora, Minggu (8/6/2025).
Mantan Sekda Blora itu menandaskan, menjaga lisan dalam kehidupan saat ini adalah merupakan langkah cerdas dan bijaksana.
“Dengan mengucap syukur kepada Allah, Judul kultum yang saya sampaikan adalah Menjaga lisan/ucapan. Saya memilih judul kultum tersebut karena diilhami oleh realita kehidupan saat ini,” ucapnya.
Hal itu pernah diingatkan oleh Ali Bin Abi Thalib sepupu Rasulullah seorang panglima pemberani ahli dalam perang tanding.
Beliau pernah berkata : "Hati- hatilah dengan lisanmu, karena lisan itu lebih tajam dari mata pedang".
Dalam Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim juga disebutkan : "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia mengatakan baik atau benar".
Pada HR Ahmad menerangkan, jika engkau ingin berbicara, pertimbangkan dulu perkataanmu, jika bermanfaat maka ucapkan, jika tidak lebih baik diam.
Kemudian, dalam Al-Qur'an Surah Al-Hujat Ayat 12, Allah berfirman "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka, Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. Tentu kamu merasa jijik, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha penerima taubat dan lagi penyayang".
“Berkenaan hal tersebut sebagai sebagai umat muslim mestinya kita harus membumikan petunjuk tersebut dalam pergaulan kehidupan sehari-hari,” terang Bambang Sulistya.
Dirinya mengingatkan, dengan kemampuan menjaga ucapan, maka kita akan memperoleh nilai manfaat dan keutamaan dalam kehidupan.
Pertama, mencegah terhadap dosa yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kedua,menjaga akhlak manusia. Salah satu cara paling tepat untuk mengukur akhlak seseorang dengan memperhatikan lisannya, karena lisan itu ungkapan hati.
“Ada pitutur luhur dari Jawa, Ajining diri saka lati, Ajining lati saka ati,” tandasnya.
Ketiga, menjaga hubungan baik dengan orang lain.Sehingga bisa menumbuhkan semangat guyub rukun seduluran sak lawase di lingkungan masyarakat.
Selanjutnya upaya untuk menjaga lisan agar kita hidup penuh kedamaian, ketentraman ,kebagian dan keselamatan baik di dunia dan akherat.
Di antaranya langkah-langkah tersebut terumuskan dalam akronim BUNGKAM,
sebuah akronim yang mampu menangkal dan menjaga lisan.
Penjabarannya sebagai berikut :
B : Berpikir positif atau berprasangka baik dengan siapapun penuh harapan, optimisme dan dari sisi baik.
Karena berprasangka baik adalah bagian penting dari iman. Allah berfirman" Aku sesuai dengan persangkaan hamba padaKu".
U : Upayakan untuk menghindari perkataan buruk,vtidak berbicara hal hal yang tidak bermanfaat dan ucapannya tidak menyakitkan orang lain.
G : Ghibah atau menggunjing orang lain mulai saat ini stop dan menjadi musuh utama yang harus kita atasi dalam berkomunikasi dengan siapapun.
K : Kendalikan emosi saat kita berbicara dan berpikirlah sebelum berbicara dengan mempertimbangkan dampak ucapan sebelum diucapkan.
A : Aktif melakukan dzikir dan doa untuk menjaga lisan agar tetap terjaga dari perkataan buruk.
M : Menghindari perdebatan yang tidak bermanfaat dan menjahui perkataan kotor dan kasar.
Mengingat lisan atau ucapan memainkan peran penting dalam membentuk hubungan sosial dan antar individu, maka menjaga lisan adalah sebuah keniscayaan dan harga mati bagi terwujudnya kedamaian, kerukunan dan kebahagian umat.
“Aneka warna bulunya burung dara, Matanya jernih indah dipandang mata. Jagalah perilaku dan tutur kata, Agar hidup tenang dan bahagia,” pungkasnya dengan pantun.
Seusai menyampaikan pesan kebaikan, jemaah sakat subuh disediakan bibit buah-buahan untuk ditanam guna mendukung program Bupati Dr.H.Arief Rohman, SIP., M.Si dan Wakil Bupati Hj. Sri Steyorini dalam mewujudkan Kabupaten Blora menjadi pusat pengembangan Buah Nusantara.
Untuk diketahui, dalam upaya memakmurkan umat Islam, takmir masjid Nurul Falah, setiap hari Minggu seusai salat subuh berjamaah dilanjutkan penyampaian kuliah tujuh menit (kultum) atau pesan-pesan kebaikan.
(Penulis : Kontributor)