Seputar Blora

Belajar Bahagia Kepada Petani di Masa Pandemi


Bahagia itu sederhana bila kita selalu bersyukur dan menghargai apapun yang kita miliki dan yang kita terima.

"Kebenaran ungkapan itu ternyata bisa saya temui , ketika saya dengan sengaja sambil meningkatkan imunitas diri, berolah raga spedaan ingin bertemu langsung di lapangan dengan para petani yang saat ini sedang memelihara tanaman jagung," ungkap Ir. H. Bambang Sulistya, M.MA, mantan Sekda Blora dan mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Blora, Rabu (4/8/2021).

Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora H. Bambang Sulistya itu mengungkapkan bahwa dirinya mengaku ingin mendengar ungkapan para petani, terutama respon para petani setelah kemarin sore hingga malam di Blora diguyur hujan yang cukup deras.

"Dari sejumlah petani yang saya temui mengungkapkan rasa gembira dan bahagia atas datangnya hujan di tengah musim kemarau," ucapnya.

Bahkan ada menyebutkan hujan yang turun membawa berkah bagi petani.

Kebahagian itu telah membangkitkan semangat para petani untuk memelihara tanaman agar kelak memberikan hasil yang bisa menumpang kehidupan mereka.

"Saya merasa terharu ternyata hujan turun bisa menimbulkan kebahagian bagi para petani walaupun kehidupan mereka dimasa pandemi Covid-19 juga mengalami kesulitan," ujarnya.

Menurutnya, baru saja panen padi tapi harga jatuh, saat ini mau memupuk jagung dana belum ada.

"Bahkan tadi ada salah satu petani yang berani berkata, mudah-mudahan setelah kedatangan bapak disini (di lahan tanaman jagung) segera ada bantuan pupuk dari pemerintah," kata Bambang.

Spontanitas ucapan itu langsung disambut oleh para petani lain dengan tertawa yang penuh harapan.

"Pembicaraan langsung saya alihkan ke topik lain kepersoalan pandemi Covid-19. Ternyata juga direspon dengan antusias dan di luar dugaan ada nasehat yang sangat berharga," tambahnya.

Yaitu para petani tidak ada ekspresi ketakutan dan beban mental tentang penyakit virus Corona.

"Bahkan ada salah seorang petani yang mengatakan penangkal penyakit Covid-19 adalah kalau kita sering pergi ke sawah dan mau mencintai tanaman," terangnya.

Petani tersebut, lanjutnya memberi contoh berangkat ke sawah dan pulang dari sawah pakai masker tapi kalau sudah di sawah copot masker.

Mendengar tidak pakai masker ketika bekerja di sawah disambut gelak tawa oleh para petani lainnya. Betul juga karena di sawah tidak ada kerumunan dan mendapat udara segar serta sinar matahari langsung.

"Banyak pelajaran dan pitutur bijak yang saya peroleh ketika bercengkrama dengan para petani. Bahkan bisa saya jadikan teladan dan motivasi diri dalam kehidupan," kata Bambang Sulistya.

Dirinya teringat pesan seorang Guru Besar dosen dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

"Pesannya, kalau mau bahagia belajarlah kepada petani," ucapnya.

Karena dari petani kita bisa meneladani beberapa hal.

Pertama, petani adalah pemberani yang tidak pernah menyerah dalam berusaha tani oleh berbagai macam musibah, baik karena musim yang tidak ramah, serangan hama penyakit, keterbatasan informasi pasar dan modal maupun kebijakan pemerintah yang kurang menguntungkan bagi petani.

Kedua, petani itu penyabar yang mampu mengendalikan diri, tidak mudah putus asa dan mengedepan musyawarah ketika menghadapi masalah.

Kemudian, ketiga, petani itu perekat kerukunan dan kekeluargaan di pedesaan karena selalu berpegang pada ungkapan, rukun agawe santosa.

Selanjutnya, keempat petani itu sederhana, bloko suto lan ora neko neko (terbuka dan tidak main main), bahasanya mudah dipahami, tidak berbelit belit dan tidak suka janji.

Kelima, petani itu memiliki kepedulian sosial yang tinggi suka berbagi, suka menolong dan mengedepankan kesetiakawanan sosial dengan semangat gotong royong.

Keenam, petani itu ramah,jujur dan pemaaf tidak mudah dendam, tidak suka nginting-ngiting (mengancam) apalagi menebar fitnah.

Berikutnya, ketujuh petani itu ada sosok yang relegius setiap aktivitasnya selalu menyertakan kekuatan langit dan menyakini sepenuhnya segala ikhtiar hasil akhirnya kekuasaan Allah.

"Belajar dari keteladanan petani tersebut agar tidak terlalu serius di masa pandemi Covid-19 mari kita nikmati juga anekdot petani yang barangkali dapat meningkatkan imun. Dengan harapan kita tetap semangat dan bahagia," tuturnya.

Ia mengungkapkan, ada sebuah keluarga di Bumi Mustika yang mempunyai anak lima, masing-masing anak punya cita-cita sendiri sendiri.

Anak pertama, bercita-cita ingin jadi insinyur, agar ilmu dan karyanya punya manfaat bagi petani.

Anak kedua, bercita cita ingin menjadi dokter,agar bisa membantu menyehatkan para petani dari virus corona sehingga petani sehat dan rajin ke sawah.

Kemudian anak ketiga, tidak mau kalah bercita-cita ingin menjadi anggota DPRD agar dapat membuat Perda yang membantu kesejahteraan para petani.

Sedangkan anak keempat, bercita cita ingin jadi Bupati agar kebijakan kebijakan yang dibuat dapat mensejahterakan rakyatnya kususnya petani.

Anak kelima, bercita-cita ingin menjadi petani saja karena semuanya sudah memperhatikan nasib petani.

"Belajar dari pengalaman dan kisah itu, maka jangan lupa bahagia," tuturnya. (Tim).

    Berita Terbaru

    FKDT Blora Siap Sukseskan Program Sekolah Sisan Ngaji
    06 Mei 2024 Jam 21:35:00

    Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kabupaten Blora nyatakan siap ikut serta...

    Ditarget Akhir Mei 2024 Selesai, Longsoran Desa Gadon Dipasang Plat Besi
    06 Mei 2024 Jam 21:31:00

    Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Blora, Ir. Samgautama...

    Pertandingkan 9 Cabor, Blora Tuan Rumah POPDA Eks Karesidenan Pati
    06 Mei 2024 Jam 12:46:00

    Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora, Iwan Setiyarso,...