Bupati Blora Djoko Nugroho meminta kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi agen-agen edukasi pencegahan stunting dan Covid-19 dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat berbasis kearifan lokal.
Hal itu disampaikan oleh Bupati dalam sambutannya ketika membuka acara Advokasi Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Pencegahan Stunting di Kabupaten Blora yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Blora di pendopo rumah dinas Bupati, Rabu (23/9/2020).
“Stunting itu juga merupakan bencana kemanusiaan. Strategi cara berkomunikasi itu penting, kalau dalam TNI ada namanya taktik, untuk mencapai sasaran. Strategi komunikasi itu harus mudah dipahami masyarakat Blora berbasis kearifan lokal. Oleh karena itu saya minta semua ASN menjadi agen-agen edukasi masyarakat,” kata Bupati.
Acara diawali laporan oleh Plt Kepala Dinkes Blora dr Henny Indriyanti, M.Kes.
Di antaranya disampaikan 10 desa lokus stunting berdasarkan prioritas pusat (TN2PK) tahun 2018.
Yaitu desa Adirejo Kecamatan Tunjungan, Desa Cabean Kecamatan Cepu, Desa Bangoan Kecamatan Jiken, Des Getas Kecamatan Kradenan, Desa Klokah Kecamatan Kunduran.
Kemudian Desa Kapuan Kecamatan Cepu, Desa Patalan Kecamatan Blora, Desa Sumberpitu Kecamatan Cepu, Desa Jetak Kecamatan Kunduran dan Desa Temurejo Kecamatan Blora.
Dalam acara tersebut dihadirkan nara sumber Rita Utrajani, SKM, M.Kes, Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
“Untuk lintas sektor, utamanya adalah penerapan aplikasi strategi komunikasi yang sudah dibuat pemkab Blora, yang sudah dibuat OPD sampai dengan perangkat daerahnya,” kata dia.
Dan untuk sampai masyarakat adalah perubahan perilaku dan komunikasi antar pribadi, benar-benar harus diterapkan sampai di masyarakat.
“Agar masyarakat pun menyadari bahwa stunting itu sesuatu masalah yang harus diselesaikan, dan ini pekerjaan yang tidak mudah. Saya yakin kabupaten Blora, mampu untuk menyelesaikan pada tahun yang sudah ditetapkan,” ungkapnya.
Ia menyebut, dalam hal ini peran Kominfo untuk menyosialisasikan dan informasi kepada masyarakat agar sejalan dengan program dan mengeliminasi pada informasi yang tidak pas dengan program ini.
“Harapan kami seperti itu. Dan Dinas Kominfo sebagai corongnya Pemkab Blora. Tidak hanya stuntung saja, tetapi untuk program-program yang lain. Utamanya saat sekarang ini pencegahan Covid-19,” harapnya.
Sementara itu Siti Nuraeni, nara sumber lainnya mengungkapkan kabupaten Blora menjadi percontohan daerah lain dalam hal penangaan stunting.
“Komitmen dalam percepatan penurunan stunting ini, Blora sangat luar biasa, dan diapresiasi di Kementerian Kesehatan,” ucapnya.
Ada beberapu kunci merubah perilaku masyarakat dalam hal penurunan stunting, di antaranya pastikan ibu hamil minum tablet tambah darah serta aktif dalam kelas ibu hamil sehingga upgrade terhadap pengetahuan-pengetahuan bagaimana untuk kehamilan yang sehat termasuk pola asuh.
“Kemudian pemberian makanan bayi dan anak (PMBA). Bagaimana para ibu atau pengasuh anak dibekali membuat makanan yang sehat untuk bayi dan anaknya,” ucapnya.
Selanjutnya, pastikan anak terpantau tumbuh kembangnya di Posyandu, di timbang.
“Jadi matang pertumbuhannya. Berikutnya pastikan kita semua mampu melakukan cuci tangan pakai sabun. Ini sangat penting dalam pencegahan inveksi. Stunting erat kaitannya dengan infeksi, ” tambahnya.
Yang tidak kalah penting adalah buang air besar di jamban yang sehat.
Acara diikuti pimpinan OPD, Puskesmas dan Camat. (Dinkominfo Kab. Blora).