Ketua DPRD Blora HM Dasum, SE, MMA menyarankan petani tembakau di wilayah setempat tidak menjual hasil panen kepada tengkulak.
“Saya menyarankan supaya tidak menjual pada tengkulak tapi ke pabrik produk tembakau,” ucapnya, di Blora, Minggu (9/8/2020).
Menurut HM Dasum, para petani tembakau melalui kelompok tani bisa berkoordinasi dengan petugas dinas terkait atau mencari rekanan yang bisa membantu menjual ke pabrik.
Hal itu, lanjutnya, sudah ada sebagain petani tembakau di Blora yang menjual kepada pabrik dibantu oleh petugas dinas terkait atau rekanan.
“Dengan demikian harganya tidak dipermainkan tengkulak dan penghasilan meningkat, terutama dalam situasi pandemi Covid-19,” tambahnya.
Pihaknya mengimbau supaya para petani tembakau khususnya dan semua warga masyarakat di kabupaten Blora agar tetap disiplin protokol kesehatan supaya terhindar penularan virus corona.
“Biasakan cuci tangan pakai sabun, kalau ke sawah pakai masker dan tetap jaga jarak,” ajaknya.
Seperti diketahui pada musim kemarau tahun ini sebagain petani di beberapa wilayah kabupaten Blora menanam tembakau selain jagung, kacang, tomat, bawang merah dan cabai.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Blora Ir. Reni Miharti, M.Agr.Bus mengungkapkan lahan tanam tembakau hingga akhir Juni 2020 seluas 876 hektare.
“Ini masih terus bertambah. Pernah mencapai 1.100 hektare setahun,” jelasnya.
Sementara itu petani di wilayah desa Sogo, kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora berharap harga tembakau yang ditanam pada tahun ini mengalami kenaikan sehingga bisa menambah penghasilan keluarga di tengah pandemi Covid-19.
“Kami berharap, harga tembakau tahun ini naik,” kata Talib (60), petani tembakau desa Sogo Kecamatan Kedungtuban, Minggu (9/8/2020).
Pada tahun lalu, kata dia, harga tembakau basah berkisar antara Rp1.800,00 hingga Rp2.000,00/kg. Itu pun dijual kepada tengkulak yang biasa membeli tembakau petani di wilayah setempat.
“Dijual kepada bakul (tengkulak). Biasanya dengan sistem borongan. Kalau harga sekarang belum tahu. Tahun lalu Rp1.800,00 hingga Rp2.000,00/kg. Kalau kualitasnya bagus, bisa mencapai Rp3.000/kg,” jelasnya.
Hal senada disampaikan oleh Juwadi (46), petani tembakau desa Sogo lainnya. Menurut dia, harga tersebut sangat tidak sesuai dengan biaya perawatan.
“Kami sudah terbiasa jual pada tengkulak lokal. Kalau ada yang mengarahkan menjual ke pabrik mungkin akan lain harganya,” kata dia.
Ungkapan yang sama disampaikan oleh Kamsih (54). Menurut dia merawat tanaman tembakau butuh perhatian serius terutama jika ada serangan hama ulat. Termasuk memerlukan air untuk menyiram.
Ia mengungkapkan bibit tembakau yang ditanam dibeli dari pesemaian warga dengan harga bervariasi.
“Harga bibit tembakau per 1.000 ada yang Rp60.000,00 sampai dengan Rp80.000,00. Tapi memasuki panen diborong oleh tengkulak. Yang penting segera laku,” ungkapnya. (Dinkominfo Kab. Blora).