Sungkeman pada Idulfitri 1443 Hijriah masih dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Blora sebagai tradisi turun-temurun.
Apalagi, mudik Lebaran 2022 diizinkan oleh pemerintah setelah dua tahun terjeda akibat pandemi COVID-19.
Para pemudik yang telah tiba di kampung halaman, bersama anggota keluarga yang lain, melakukan sungkeman, mulai dari anak kepada orang tua atau yang dituakan.
"Alhamdulillah, di Lebaran tahun ini kami sekeluarga bisa kembali berkumpul, sungkem pada orang tua, Bapak, Ibu, Paman dan Kakak serta saudara yang lain," kata Didik yang mudik ke rumah orang tuanya dan merayakan Idulfitri di Blora, Senin (2/5/2022).
Hal senada diungkapkan oleh Uut Mitasari, salah satu warga Kecamatan Blora.
"Senang, bersyukur, bisa bertemu langsung dengan orang tua, menjadi berkah Lebaran tahun ini, Alhamdulillah," ujarnya.
Tradisi sungkeman dilakukan oleh anak ke orang tua atau keluarga yang dituakan. Biasanya sebagai bentuk bakti sang anak pada orang tua atau menghormati orang yang dituakan.
Tata cara sungkeman Lebaran yang umum dijumpai di masyarakat Indonesia adalah dengan cara bersimpuh dan mencium tangan.
Sementara itu Mohammad Taufiqurrahman, peminat tradisi sungkeman asal Randublatung Kabupaten Blora, mengungkapkan secara umum, sungkeman adalah proses saling memaafkan yang dilakukan orang yang lebih muda ke yang lebih tua.
"Sungkeman yang dilakukan saat Idulfitri memilih pengertian memohon maaf atau nyuwun ngapura. Istilah ngapura sendiri berasal dari bahasa Arab 'ghafura' yang artinya pengampunan," ungkapnya yang bulan lalu selesai Umroh dari Tanah Suci Mekkah.
Menurutnya, tujuan dari kebiasaan ini adalah untuk memuliakan orang tua.
Dari berbagai sumber menyebutkan, konon, kebiasaan sungkeman ini berasal dari tradisi Jawa yang dibawa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegara I dari Kraton Solo. (Dinkominfo Blora).