Seni dan Budaya

Kentongan Bambu, Media Bangunkan Sahur di Blora


Blora -  Membangukan warga untuk makan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadan menjadi kegiatan bagi anak dan remaja, khususnya di pedesaan.

Meskipun era teknologi canggih, namun kegiatan membangunkan sahur menggunakan kentongan bambu, ditabuh berkelompok, kemudian berkeliling kampung atau wilayah RT dan sekitarnya, sambil menyuarakan ajakan sahur, hingga kini masih mentradisi dari generasi ke generasi, yang muncul tiap bulan Ramadan.

Kentongan bambu masih menjadi media yang membumi di bulan Ramadan 1443 Hijriah bagi kalangan remaja di sejumlah desa di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Kegiatan ansambel musik ini menjadi media dan ditabuh dengan ritmis yang kadang beraturan dan kadang tidak beraturan.

Salah satunya, yang dilakukan anak-anak dan remaja di dusun Kadengan, Desa Kamolan, Kecamatan Blora, Minggu (17/4/2022) dini hari.

Sekelompok penabuh kentongan itu, mulai bersiap sekitar pukul 02.30 dini hari, kemudian menyiapkan aneka peralatan yang akan dipakai.

Tak berselang lama, mereka mulai berkeliling, menabuh kentongan bambu, dan mensugesti, khususnya para ibu untuk segera bangun, menyiapkan atau menghangatkan makanan.

Ansambel musik itu disebut dengan tek-tek (thethek) karena suara yang dihasilkan dari kentongan bambu.

"Rasanya memang beda, kalau sudah terdengar bunyi tek-tek, segera bangun, menghangatkan makanan untuk sahur. Bahkan kalau tidak ada tek-tek, sering terlambat untuk bangun, meskipun sudah pasang alarm di jam handphone," kata Eni, salah seorang ibu rumah tangga di wilayah setempat.

Hal senada juga diungkapkan oleh Siti, ibu rumah tangga lainnya.

"Tek-tek itu justru menjadi patokan dan penanda buat saya untuk bangun sahur, menyiapkan makanan. Semoga anak-anak yang menabuh tek-tek diberi kesehatan dan puasanya lancar," ujarnya.

Membuat kentongan bambu, tidak membutuhkan biaya mahal. Cukup dengan satu atau dua ruas bambu yang sudah tua dan berukuran besar untuk menghasilkan suara sesuai selera.

Setelah dipotong, kemudian dilubangi bagian tengah, selanjutnya dipukul dengan alat pemukul seadanya tanpa menyesuaikan nada seperti alat musik diatonis atau pentatonis.

Setelah jadi, biasanya anak-anak atau remaja setempat menabuh kentongan bambu dengan berkelompok seperti layaknya ensambel musik etnis.

Ada yang diselingi sejumlah alat musik seperti seruling, ketipung, gitar dan lainnya.

Kentongan bambu telah bertahun-tahun menjadi salah satu kegiatan ensambel musik etnis yang mewarnai seni budaya Blora, khususnya pada bulan Ramadan.

Hampir di seluruh desa dan kelurahan, utamanya di perkampungan memeriahkan bulan puasa dengan membuat kentongan bambu , mereka dengan berkelompok berkeliling membangunkan warga saat makan sahur tiba.

"Tek-tek tetap menempati posisinya, mewarnai bulan Ramadan di Blora," kata Rudianto, peminat ensambel kentongan bambu.

Ia mengapresisiasi, selama tidak mengganggu warga masyarakat sekitar yang sedang istirahat.

"Sebaiknya jangan menabuh sebelum waktu sahur tiba, agar tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan warga masyarakat yang sedang istirahat," ucapnya.

Sebab, kerap terjadi, karena disukai sebagai hiburan, anak dan remaja itu menabuh pada tengah malam, ketika warga sedang istirahat. (Tim Dinkominfo Blora).

    Berita Terbaru

    Fosil Gading Gajah Purba Ditemukan Warga di Sungai Bengawan Solo
    21 Mei 2024 Jam 19:30:00

    Warga Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, Blora menemukan fosil gading gajah purba elephas...

    Kejaksaan Negeri Blora Gelar Sosialisasi Penerangan Hukum Jaksa Jaga Desa di Kecamatan Todanan
    21 Mei 2024 Jam 13:23:00

    Kejaksaan Negeri Blora bersama Kades se-kecamatan Todanan menggelar Sosialisasi Penerangan Hukum...

    Peringati Harkitnas 2024, Kasdim 0721/Blora Pimpin Ziarah Rombongan di TMP Wira Bhakti
    20 Mei 2024 Jam 21:35:00

    Kasdim 0721/Blora Mayor Inf Bani, memimpin ziarah rombongan dan tabur bunga dalam rangka...